INFOJAWATIMUR.com DKI Jakarta – Hasil survei Y-Publica menunjukkan elektabilitas Gerindra mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun 2023, hingga berpeluang menggeser dominasi PDIP.
“Elektabilitas Gerindra terus melejit hingga menyalip PDIP yang digunakan dimaksud sebelumnya setiap pada waktu menempati sikap unggul,” kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono pada keterangannya di area di Ibukota Indonesia pada Sabtu.
Temuan survei Y-Publica menunjukkan elektabilitas Gerindra mencapai 18,6 persen, terpaut tipis dari PDIP yang digunakan sekarang ini sebesar 18,3 persen.
Kekuatan PDIP sempat anjlok pada survei bulan April pasca heboh penolakan penampilan timnas negara negara Israel pada Piala Planet U20, pada mana Indonesia rencananya menjadi tuan rumah.
Perlahan elektabilitas PDIP kembali menguat, tetapi bukanlah cukup untuk menghadapi lonjakan Gerindra. Alhasil, Gerindra pun menyalip juga kemungkinan mengundurkan diri dari menjadi pemenang pada pemilihan 2024 mendatang.
Menurut Rudi, melesatnya elektabilitas Gerindra ditunjang oleh tingginya dukungan rakyat terhadap Prabowo pada kejuaraan Pilpres.
“Gerindra paling menikmati coattail effect mengingat asiosasi yang dimaksud digunakan kuat terhadap Prabowo sebagai figur ketua umum partai,” tandas Rudi.
Sebagai catatan, Gerindra dibentuk sebagai kendaraan urusan urusan politik Prabowo setelahnya kalah pada konvensi capres Golkar pada 2004 silam. Gerindra memulai debut pertama pada Pemilihan Umum 2009 di mana Prabowo forward sebagai cawapres mendampingi Megawati yang dimaksud digunakan merupakan capres dari PDIP.
Koalisi antara PDIP lalu Gerindra berlanjut pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Ibukota Indonesia 2012 yang dimaksud melesatkan Jokowi ke pentas nasional. Namun, perpecahan terjadi hingga PDIP serta juga Gerindra berhadap-hadapan selama dua kali pemilu, memunculkan pertentangan keras antara pendukung Jokowi kemudian Prabowo.
Polarisasi itu mulai mencair pasca Jokowi menawarkan rekonsiliasi kemudian menggandeng Prabowo masuk ke di area pemerintahan usai Pemilihan Umum 2019 lalu.
“Dari rival selama dua kali pemilu, Prabowo meningkat menjadi sekutu kuat Jokowi pada perhelatan Pemilihan Umum 2024 pada waktu ini,” tegas Rudi.
Rudi menjelaskan korelasi antara pilpres dengan pileg dibuktikan dengan kenaikan pernyataan lalu perolehan kursi Gerindra setelahnya dua kali pemilu, bahkan pada ketika ini berpeluang kuat merebut peringkat pertama atau mengalahkan PDIP.
Sebaliknya PDIP yang digunakan mana sempat anjlok pada waktu ini tampak mati-matian berupaya mempertahankan diri supaya tidaklah kembali melorot.
“Strategi kubu PDIP yang mana mana mengusung pencapresan Ganjar untuk menyerang Jokowi merupakan bagian dari upaya mengkonsolidasikan internal partai,” terang Rudi.
Terlebih lagi, lanjutnya, dengan masuknya putera sulung Jokowi yang digunakan yang disebutkan ketika ini menjabat walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres Prabowo, berpotensi menggerus kekuatan inti PDIP dalam tempat Jawa Tengah yang mana yang dimaksud selama ini digadang-gadang sebagai kandang banteng.
Dinamika di tempat dua setengah bulan masa kampanye sampai pada hari pencoblosan akan sangat menentukan apakah persaingan kedua partai yang tersebut digunakan sama-sama anggota koalisi pemerintah itu akan berujung pada pembaharuan peta pemenang pilpres atau PDIP mampu kembali rebound.
Peringkat ketiga masih diduduki Golkar dengan elektabilitas 9,1 persen, disusul Demokrat yang digunakan cenderung melorot lalu sekarang sebesar 8,1 persen.
“Posisi Demokrat sebagai oposisi terus melemah, bertambah dengan gagalnya Agus Harimurti Yudhoyono merebut tiket cawapres,” ujar Rudi.
Demokrat terpental dari Koalisi Perubahan yang dimaksud dimaksud mengusung pencapresan Anies Baswedan, setelahnya kubu Muhaimin Iskandar masuk dan juga dideklarasikan sebagai cawapres.
“PKB bertahan pada tempat lima besar dengan elektabilitas sedikit terkoreksi menjadi 6,6 persen,” tambah Rudi.
Berikutnya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang yang disebutkan naik elektabilitasnya menjadi 6,4 persen, disusul PKS (4,3 persen), PAN (2,7 persen), Nasdem (2,5 persen), dan juga PPP (2,4 persen).
Setelah itu ada Perindo (1,4 persen), Gelora (1,2 persen), juga PBB (1,0 persen), disertai oleh Ummat (0,4 persen), Garuda (0,2 persen), dan juga Hanura (0,1 persen). PKN kemudian Buruh nihil dukungan, sedangkan sisanya menyatakan bukanlah tahu/tidak jawab sebanyak 16,7 persen.
Survei Y-Publica dilaksanakan pada 15-22 November 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Angka diambil melalui wawancara tatap muka terhadap responden yang mana yang dimaksud dipilih secara multistage random sampling. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.