INFOJAWATIMUR.com – JAKARTA – Sudahkah Anda beralih ke pemanis buatan atau non-gula untuk menurunkan berat badan? Organisasi Kesejahteraan Global (WHO) baru belaka merilis pedoman konsumsi pemanis non-gula (NSS) atau yang digunakan lebih lanjut dikenal dengan pemanis buatan atau pengganti gula.
WHO merekomendasikan untuk tak menggunakan NSS untuk mengontrol berat badan atau menurunkan risiko penyakit tiada menular.
Jadi, letakkan sekaleng soda diet dan juga bersiaplah untuk mengetahui mengapa NSS mungkin saja tidak alternatif sehat yang dimaksud Anda bayangkan!
Selama bertahun-tahun, pemanis non-gula (NSS) telah terjadi dipasarkan sebagai alternatif gula yang dimaksud lebih tinggi sehat. Banyak orang beralih ke NSS sebagai cara untuk mengempiskan asupan kalori juga mengontrol berat badan.
Namun, pedoman baru yang dikeluarkan oleh Organisasi Aspek Kesehatan Bumi (WHO) menunjukkan bahwa NSS bukanlah pilihan sehat seperti yang mana diasumsikan berbagai orang.
Apa itu pemanis non-gula?
Dilansir healthshots, NSS adalah pemanis buatan yang dimaksud ditambahkan pada makanan juga minuman agar terasa manis tanpa menambah kalori. Ini adalah termasuk pemanis seperti acesulfame K, aspartam, sakarin, sukralosa, stevia juga lain-lain. Bahan ini umumnya digunakan pada berbagai makanan juga minuman produksi yang diberi label ‘diet’ atau ‘rendah kalori’.
Menurut pedoman WHO, NSS tak membantu mengempiskan lemak tubuh pada orang dewasa atau anak-anak pada jangka panjang, sesuai dengan pedoman terbaru mereka. Sebaliknya, pengaplikasian NSS dapat memunculkan efek berbahaya, seperti peningkatan risiko penyakit gula tipe 2, penyakit kardiovaskular, juga kematian pada orang dewasa.
“Mengganti gula gratis dengan NSS tidaklah membantu pengendalian berat badan di jangka panjang. Warga perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengempiskan asupan gula gratis, seperti mengonsumsi makanan yang dimaksud mengandung gula alami, seperti buah, atau makanan lalu minuman tanpa pemanis,” kata Francesco Branca, Direktur Nutrisi kemudian Ketenteraman Pangan WHO.
“NSS bukanlah faktor makanan yang digunakan penting juga bukan miliki nilai gizi. Komunitas harus menurunkan rasa manis dari pola makan, dimulai sejak dini, untuk meningkatkan kondisi tubuh mereka,” tuturnya lagi.