INFOJAWATIMUR.com – Fotografer Darwis Triadi dikecam umum usai mengomentari Aksi Kamisan pasca pemilihan 2024, Kamis (15/2/2024). Melalui akun Instagram miliknya @darwis_triadi, ia menaruh kalimat yang mana dianggap tak menunjukkan rasa simpati.
Komentar itu ia bubuhkan pada potret Sumarsih, ibu Realino Norma Irawan, korban tewas Tragedi Semanggi yang digunakan sedang mengangkat kartu merah. Darwis berkomentar seharusnya aksi ini dihentikan oleh sebab itu Pemilihan Umum telah dilakukan selesai.
“Wes tooo, Pemilihan Umum wes rampung bu. Tinggal nunggu KPU. Quick count juga sudah ada ada. Trimo karo lapang dodo, ora usah nggawe ribut malah. Ojo gelem dikongkon ngene pun kundur mawon,” tulis Darwis, diambil Hari Sabtu (17/2/2024).
Dalam bahasa Indonesia, komentar itu bermakna bahwa Aksi Kamisan perlu dihentikan dikarenakan mampu memicu keributan. Ia juga meminta-minta massa ikhlas. Hal ini lantas menimbulkan Darwis Triadi dikecam kemudian profilnya mengambil bagian dicari.
Profil Darwis Triadi
Darwis Triadi lahir di dalam Kerten, Solo, pada 15 Oktober 1954. Ia dikenal sebagai seniman, fotografer senior, lalu guru fotografi. Ia merupakan anak keempat dari orang ayah bernama Sumantri Brotosewoyo lalu mempunyai tiga adik.
Sumantri sendiri merupakan mantan anggota ABRI berpangkat kolonel pada era Presiden Soekarno. Namun, ia diberhentikan secara sepihak oleh kepemimpinan Orde Baru serta menjadi tahanan urusan politik tanpa pengadilan.
Sementara itu, dari segi pendidikan, Darwis Triadi bukan dengan segera terjun ke dunia fotografi. Ia tambahan dulu mengambil studi profesi pilot lalu sempat belajar pada Lembaga Pendidikan Perhubungan Atmosfer (LPPU) Curug, Tangerang.
Namun, oleh sebab itu beberapa alasan, Darwis harus berhenti dari sekolah penerbangan itu. Kemudian, ia mendaftarkan diri ke Federasi Aero Sport Indonesia FASI. Dari sana, ia pun resmi diberikan Charter Pilot License.
Saat menjadi pilot, Darwis banyak mengantar fotografer hingga keinginan untuk menggeluti bidang ini pun muncul. Lalu, ia mulai mencari tahu tambahan pada mengenai fotografi juga memilih berhenti berkarier sebagai pilot.
Mimpinya menjadi fotografer sempat ditentang oleh keluarganya. Sebab, fotografer di tempat masa yang disebutkan belaka dikenal sebagai pekerja keliling yang tersebut hanya saja menawarkan jasa memotret di area tempat-tempat wisata saja.
Namun, ia nekat hingga pada tahun 2001, dapat membuka sekolah fotografi. Tempat yang berlokasi di area Ibukota Selatan itu diberi nama Darwis Triadi School of Photography. Kini, sekolahnya diketahui telah hadir dalam berbagai kota lain.
Sebagai fotografer senior, karya Darwis Triadi tidaklah perlu diragukan lagi. Hasil karya itu pernah ditunjukkan pada pameran pertamanya yang mana dilakukan di dalam ERASMUS HUIS, pusat kebudayaan Belanda di tempat DKI Jakarta pada tahun 1981.
Selang tiga tahun, Darwis juga mengikuti pameran Fuji Film yang digunakan bertajuk “Wajah Indonesia”. Selain itu, ia turut mempublikasikan karyanya pada bentuk buku, seperti Indonesia Photo – To Be Different (2014).
Berkat kemampuannya, Darwis menerima Gold Medal International Award dari Matsushita-Japan pada tahun 1982. Lalu, diberikan HASSELBLAD INTERNATIONAL ANNUAL, sehingga karyanya turut dipamerkan pada PHOTONIKA, Jerman.
Di sisi lain, Darwis pernah memainkan peran sebagai individu pilot di film garapan Rahadian Yamin yang digunakan berjudul Bulu-Bulu Cendrawasih (1978). Ia juga sempat terlibat di film lain yang bertajuk Sekuntum Duri (1980).
Kontributor : Xandra Junia Indriasti